Kangen Ilusi
9 lewat 12 WIB, dan gue berada di
Green House rumah Maja. Kita berdua duduk, terdiam dalam hening dan temaramnya
malam. Suara sekumpulan anak-anak yang bermain gitar dan bernyanyi ria adalah
satu-satunya sumber suara terkeras di antara gue dan Maja.
Gue melamun, dan gak sadar bicara
’Lo tau gak, kenapa dulu gue sangat kontra sama yg namanya pacaran?’. Maja cuman
diem, tatapannya lurus. Tapi gue tau, telinga dan pikiran Maja sangat siap
mendengar dan mencerna kata-kata gue selanjutnya. Maka, gue terus berbicara
‘Karena ketika lo ‘jatuh’ cinta,
lo.. lo bakal sama halnya kaya jatuh dari motor atau jatuh dari ketinggian. Lo bakal
jatuh ke zona nyaman, ketika lo menikmati menunggu orang yg bakal nolong lo, lo
menikmati sakitnya luka lo diobati, dan menikmati care-nya orang-orang yg
menolong lo. Tapi ketika lo terlalu lama duduk diam dalam sakitnya luka, dan lo
pengin berdiri untuk sekedar jalan, tapi ngga bisa, lo bakal menggerutu. Pengin
cepet sembuh lukanya. Jatuh cinta pun sama. Lo bakal masuk zona nyaman, ketika
lo bahagia deket dia, ketika lo merasa jadi satu-satunya orang pusat hidup dia,
waktu dia sepenuhnya buat lo, ketika lo nyaman bgt ada deket dan sekedar
ngobrol apapun sama dia. Ketika setiap harinya, dia cumen bisa bareng lo. Tapi ketika
jenuh dateng atau bahkan kesibukan menyita semuanya. Apa lo akan tahan jadi yg
dikesampingkan?’
Sorot mata Maja kaget, gue bisa
lihat itu. Entah apa arti sorot-mata-kaget itu. Gue belum selesai,
‘Gue mengetahui perasaan itu sangat
baik. Dulu, itu membuat gue sangat sadar kalo pacaran emang gak perlu. Tapi, lagi-lagi ketika lo terjatuh, lama
rasanya lo harus bangkit. Apalagi, jatuh cinta. Tetapi, ketika lo jatuh cinta
dan tersamping, itu sangat crucial. Rasa kangen, ketika lo jadi pusat hidupnya
dia. Rasa marah ketika lo gabisa bareng dia, ketika bukan lo yg jadi pusat
hidupnya lagi. Walaupun, lo gapernah tau, bahwa pusat masing-masing hidup lo
dan gue adalah kita sendiri. Cuman, pusat itu sedang tersirat. Dan rasa marah
yang ada, adalah cikal bakal drama yg sekarang berlangsung, itu berasal dari
rasa kangen ketika lo jadi pusat hidup dia. Ternyata, kangen itu hanya ilusi’.
Gue tersenyum pahit, Maja hanya
diam membeku. Mungkin, otaknya masih terus mencerna kata per kata yang gue
ucapkan tadi. Dan.. entah apa lagi yg dipikirkannya.
‘Well, Ja, relationship itu bukan
cuman sekedar centre of you/me. Relationship for us is, knowing that everytime
we got frustrated thinkin’ that no one care to us, in that time, your heart
will tell that there’s a lover who will love you from a few miles away and
never dissappointing you. Drama is hurts, but love is always beautiful. Hope you
got it’
Maja terdiam, gue puas berbicara.
Setelah itu, alarm hp gue pun
menyala. Well, I’ve to wake up and praying.
Komentar
Posting Komentar