Sekresek Makanan
Malam itu, sebenarnya aku hampir
terbiasa dengan rutinitas makan malam, mendengarkan materi sampai mengantuk,
dimarah-marahi sampe jengah, dan akhirnya cepat pergi tidur.
Tetapi, malam ini berbeda. Makan
malam kami berhias lilin-lilin kecil dan diiringi oleh lagu-lagu cinta lama.
Pakaian kita pun berbeda, semua mengenakan batik, berbagai corak, berbagai
warna. Semua orang, laki-laki, perempuan tampak lebih lega air mukanya dan
pasti berpenampilan lebih cantik dan tampan. Berharap, ketika makan nanti,
dihadapannya duduk seseorang yang dicintai, ingin dicintai, atau mungkin
seseorang yang berparas cantik atau tampan. Semuanya dibuat meriah.
Aku dengan sepiring nasi bungkus
dan segelas air putih, berjalan menuju kursi-kursi itu dengan harapan yang
sama. Berharap kursi di depanku itu adalah kamu. Lalu kita makan berdua, di
bawah sinar lilin, ah suasana yang menenangkan. Iya tenang, ini tidak bisa
disebut suasana romantis. Karena faktanya, aku di sini, di salah satu asrama
ABRI di kawasan Bandung. Untuk apa aku di sini? Ah itu tidak penting.
Semuanya terasa lebih tenang
sekarang, setelah makan malam, tidak ada materi, tidak ada bentakan yang
membuat hati jengah. Yang ada tatapan kakak-kakak pembimbing yang masih sigap
mengawasi tanpa mengoreksi. Di aula itu, kami hanya diperintahkan untuk mengisi
absen dengan-tertib-tentunya lalu duduk menunggu sampai semua selesai.
‘Wah hari terakhir gini masih ada
yang ngirimin makanan. Hmm enak juga ya yang bisa dikirimin makanan gitu. Eh
tapi buat apa juga’ melihat beberapa kresek yang terdapat di panggung hatiku
berkata demikian.
Sampai..
“Mutia, X7” teriak seorang kakak
pembimbing. ‘Hah? Ada yang kirim makanan buat aku?’ kataku kembali di dalam
hati. Aku lantas maju ke depan lalu berjalan ke panggung, di kepalaku banyak
pertanyaan dan ketakutan. ‘Siapa yang mengirim? Ayah kan sedang tidak ada di
rumah?’ opini-opini semacam itu menghiasi pikiranku, tanganku bergetar.
“Kamu bagi-bagi makanan ini ke
anak-anak di barak, harus habis malam ini juga, tidak boleh ada sampah yang
berceceran, pokonya kalau bisa mala mini harus habis!” tatapan mata tajam,
deruan kata-kata yang bagiku seperti doktrin hebat, menderu pikiranku yang
masih bertanya-tanya. Aku hanya bisa mengangguk.
Para siswa diperbolehkan tidur.
Aku berjalan ke barakku dengan terus bertanya-tanya.
“Aku di kasih ini, tapi aku gak
tau dari siapa. Orang rumah ngga mungkin ngirim makanan.” Kataku, berusaha
mencari jawaban dari teman-teman. Mereka hanya menggeleng. “Atau aku punya
salah ya makanya dihukum?” aku masih bertanya-tanya. Mereka hanya diam.
Brak, aku letakkan kresek itu di
meja belajar, lalu berganti pakaian. “Asik makanan! Bagi-bagi dong, laper nih.
Tadi makan malamnya garing, jadi gak nafsu makan haha” celetuk salah satu teman
barakku. ”Kayanya ada keripik tuh!” celetuk yang lain.
Dengan malas, aku membuka kresek
makanan, banyak terdapat jenis makanan di situ. Ketika aku sedang menngeluarkan
isinya, aku merasa ada yang aneh dari salah satu sisi kresek, dan saat kuraba
ada sebuah amplop putih tertempel di situ. Aku buka paksa dan kubaca isinya.
“Hah yaampun ini dari!! Oh ya
Allah bisa-bisanya, huaaaaaaa!” aku teriak. “Kenapa Phel, kenapa, ada apa?”
sahut teman-temanku. Aku sibuk dengan euforiaku sendiri sehingga aku tidak
sadar berteriak hingga mengagetkan yang lain, teman-temanku penasaran dan aku
masih merasa kaget, senang, sekaligus terharu.
“Ini makanan, makanannya dari
pacar aku! Gatau gimana, kayaknya tadi dia ke sini. Yaampun kirain aku ini
hukuman atau apa, kaget banget tadi. Hhhhh” itu penjelasan spontan yang keluar
dari mulutku. Sial. Pasti mereka ingin tahu isi suratnya, dan memang benar…
“Mana Phel, mana aku mau baca
suratnya!” sahut satu teman. “Adeuuuuh, cie cie baik banget pacarnya!” tean di
sebelah ranjangku ikut-ikutan. “ Mana sini aku mau baca! Aduh ya ampun ko niat
banget sih!!!” satu teman berlari sambil membawa keripik.
“Hmm gak boleh haha ngga ah malu,
gak lucu juga suratnya. Ntar aja ya!” jawabku. Memperlihatkan note dalam bentuk
apapun tabu buatku.
Setelah semua mereda, makanan
masih tetap dibagikan dan celetukan tentang aku-pengin-baca-suratnya atau
pacar-kamu-baik-banget juga masih bersambung. Tetapi mereka tidak kecewa,
karena ada kripik dan berbagai makanan lain yang bisa mereka bagi-bagi. Aku
tidak bernafsu untuk memakan makanan itu, hanya coklatnya saja yang aku sembunyikan.
Tak apa, aku pecinta coklat dan coklat dari seorang yang dicintai pasti sangat
nikmat rasanya.
Malam terakhirku di program LDKS
ini terasa sangat berkesan. Aku merindukannya, beberapa mala mini kami
tidak berkomunikasi karena tidak boleh. Mengetahui bahwa ia memberikan makanan
buatku, itu hal yang menyenangkan bagiku. Disaat orang tuaku melepaskanku untuk
menempuh pendidikan ini, ia hadir untuk sekedar menghiburku dan memberiku
semangat lebih. Tuhan, aku tidur dengan senyuman malam ini.
Kirain kamu yang ikut ToT -_-"
BalasHapus'Malam ini' banyak yang typo tuh :D