Kertas Kotretan
Seharusnya gue udah ada dibalik
selimut untuk tidur dan menghadapi Senin yang well…….. most of people hate
Monday right? And so do I. Kebetulan gue baru aja beres-beres map berisi
dokumen—lebih tepatnya—kerta-kertas ulangan jaman SD dan SMP munculah beberapa
kertas kotretan yang gue pakai buat nulis-nulis gak jelas and the memories
come.
Gue menemukan tulisan pada kertas
kotretan ketika hari terakhir UN SMP dan kotretan sedang ujian apa, gue lupa.
Seperti kembali kemasa-masa itu gue mengakui bahwa tulisan itu kekal seperti
foto setiap kita melihatnya kemudian membaca cerita di dalamnya akan kembali
hidup dan memaksa kita untuk larut di dalamnya.
Di kertas kotretan UN gue nulis
draft blog bagaiamana perasaan gue akhirnya UN berakhir dan gue gak perlu
belajar lagi pun semua kegundahan gue berakhir. Gue inget kebencian gue akan UN
membuat tekanan yang besar buat gue. Padahal semua baik-baik aja bisa tenang
kalau gue mau belajar dan ikhlas menerima bahwa gue emang harus menghadapi UN.
Nyatanya gue sangat amat benci UN dan benci hasilnya.
Kemudian ada perbandingan apa
yang gue lakukan dihari dan tanggal sama tahun lalu dan tahun ketika gue
menulis itu. Setahun lalu 27 April adalah tanggal di mana gue ditembak, lidah
kelu gak bisa jawab apa, kaget tapi yang nembak malah harus pergi buat lomba.
Sedangkan tahun berikutnya gue duduk di salah satu kelas sekolah gue sedang
menunggu bel dan menuliskan itu dan dia mungkin lagi asik di SMA barunya.
Life happens. Membandingkan apa
yang gue lakukan dihari dan tanggal sama adalah kebiasaan yang kemudian jadi
tolak ukur sejauh mana hidup yang gue jalani telah berlangsung dan betapa waktu
berlalu sangat cepat.
Di kertas kotretan ke-2 gue
menemukan banyak potongan lirik lagu yang saat itu hobi gue play bulak-balik
pada hp. White Horse, You Belong With Me, The One Who Got Away, Somedays Gone,
bahkan A Thousand Years. Gue lupa sedang pada kondisi mana waktu itu. Baru
putus, lagi jadian, atau baru jadian? Kemungkinannya belum jadian karena semua
lirik-liriknya pengharapan. Mungkin itu kotretan ketika gue SMP yang jelas itu
kotretan pelajaran Fisika. Damn it! Dulu gue gak menuliskan rumus apa-apa malah
nulis lirik lagu bisa lulus ujian sekarang menyesal ngerasa gak dapet apa-apa
selama 6 tahun belajar Fisika.
Anyway gue kangen masa-masa yang
gue punya hanyalah harapan. Masa-masa dimana orang belum menyadari friendzone
dan gue sudah merasakannya. It’ll killing our hearts slowly if we don’t tell
the truth. Efeknya gue hanya bisa nulis-nulis asal di atas kertas kotretan itu
pun berupa lirik, quotes yang gue dapat dari dia, dan tulisan random lainnya.
Kalau boleh memilih kadang gue
ingin kembali ada di masa ‘pengharapan’ itu. Semuanya jadi puzzle yang
mempunyai seni sendiri untuk menyatukannya. Namun kini semua itu bahkan kini
tinggal kenangan yang bagi gue akan selalu jadi ingatan yang seru.
Hari ini gue bertemu sang pemberi
puzzle itu, orang yang tetap membuat gue semangat menghadapi UN SMP, membuat
gue tetap waras dalam tekanan UN, orang yang membuat gue ketika mendengarkan
lagu, membaca lirik, tergoda untuk menyatukannya dengan kisah kita, orang yang
selalu menyediakan potongan puzzle untuk dirangkai, yang setiap gue bertemu
sampai sekarang membuat tangan tremor, yang kini harus gue lupakan for good.
He already with his princess and
I already with my prince. We do our own way. We lived our own life. One year
pass since our break up feels decade but there’s one thing that I haven’t said
to him..
Thank you. For make me feel alive
when I feel pressured facing the National Exam.
4 years pass since our first
messages, we are in the last grade now. Brand new life will come closer, what
faculty you’ll choose? Hope you get the best and so do I. Lets catch our dream,
not together, but I believe someday we’ll talk about it.
Komentar
Posting Komentar